Admiral Zheng He |
Pelaut Zaman Dinasti Ming
Admiral Zheng He adalah seorang pelaut hebat pada zaman Dinasti Ming China. Kekisaran Ming membangun armada angkatan laut yang besar dan kuat agar
mereka dapat menjelajah dunia dalam membangun persahabatan, perdamaian
dan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain. Pelayaran yang dilaksanakan oleh Laksamana Cheng Ho bukan untuk
melaksanakan ekspansi, melainkan melaksanakan misi perdagangan,
diplomatik, perdamaian, dan persahabatan.
Selama hidupnya, Cheng Ho atau Zheng He melakukan petualangan antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika pernah disinggahinya. Pelayarannya lebih awal 87 tahun dibanding Columbus. Juga lebih dulu dibanding pelaut dunia lainnya seperti Vasco da Gama yang berlayar dari Portugis ke India tahun 1497. Ferdinand Magellan yang merintis pelayaran mengelilingi bumi pun kalah duluan 114 tahun.
Selama hidupnya, Cheng Ho atau Zheng He melakukan petualangan antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika pernah disinggahinya. Pelayarannya lebih awal 87 tahun dibanding Columbus. Juga lebih dulu dibanding pelaut dunia lainnya seperti Vasco da Gama yang berlayar dari Portugis ke India tahun 1497. Ferdinand Magellan yang merintis pelayaran mengelilingi bumi pun kalah duluan 114 tahun.
Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak dilautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu dia adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya dia dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat. Semasa di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.
Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London 15 Maret 2002 seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies mengungkapkan bahwa Admiral Zheng He (Laksamana Cheng Ho), 70 tahun lebih awal tiba di Amerika dibandingkan bendera Castilian Spanyol yang ditancapkan Colombus.
Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Membawa armada 100 kapal dan sekitar 28,000 anak buah kapal. Armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika. menggunakan kapal yang 4 kali lebih besar dari pada kapal yang digunakan oleh Colombus.
Biografi Admiral Zheng He
|
|
---|---|
Nama | Admiral Zheng He |
Tempat / tgl lahir | Kunyang, Yunnan, China 1371 |
Pekerjaan | Laksamana Angkatan Laut Dinasti Ming |
Kewarganegaraan | China |
Agama | Islam |
Wafat |
1433 usia 62 tahun
|
Misi Pelayaran
|
|
Pelayaran I 1405–1407 |
Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut
|
Pelayaran II 1407-1408 |
Champa, Jawa, Siam, Sumatra, Lambri, Calicut, Cochin, Ceylon
|
Pelayaran III 1409–1411 |
Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur
|
Pelayaran IV 1413–1415 |
Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar
|
Pelayaran V 1417–1419 |
Champa, Pahang, Java, Malacca, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochin, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden
|
Pelayaran VI 1421–1422 |
Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab, Amerika
|
Pelayaran VII 1430–1433 |
Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz
|
Riwayat Admiral Zheng Ho
Admiral Zheng Ho, lahir sekitar tahun 1371 di propinsi Yunan, Hodai, sebuah kampung di Daerah Bao San. Orang tuanya memberi nama Ma He, sedangkan Ma San po (dialek fujian bisa diucapkan Sam Po, Sam Po) merupakan nama kecil dari Laksamana Cheng Ho. Ia dilahirkan sebagai anak kedua dari pasangan Ma Hazhi dan Wen ibunya. Sebagai orang Hui, yaitu etnis China yang sebagian besar adalah muslim, Cheng Ho sejak kecil sudah memeluk agama islam. Baik kakeknya dan ayahnya sudah menunaikan rukun haji. Seperti diketahui kata hazhi dalam dialek mandarin mengacu pada kata Haji. Saat dinasti Ming menguasai Yunnan dari dinasti Yuan (bangsa Mongol), banyak pemuda yang ditangkap dan dijadikan kasim di Nanjing. Mahe yang saat itu berumur 11 tahun pun diabdikan ke Raja Zhu di istana Beiping (sekarang Beijing). Ketika menjadi kasim atau abdi kaisar, Kasim san po berhasil menunjukkan keberaniannya seperti ketika memimpin dalam perebutan tahta melawan kaisar Zhu Yunwen (Dinasti Ming).
Antara tahun 1405 dan 1433, Kaisar Zhu mensponsori beberapa ekspedisi armada laut ke beberapa penjuru dunia. Tujuannya adalah mengembalikan kejayaan tiongkok, mengontrol perdagangan, dan memperluas pengaruh di samudera Hindia. Disinilah kasim San Po menawarkan diri untuk melakukan misi ekspedisi ini dan Kaisar menyetujui. Mungkin disinilah nama Laksamana Zheng He atau Cheng Ho mulai digunakan.
Ketika itu tahun 1405, armada yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho melakukan perjalanan pertamanya. Armada ini terdiri dari sekitar 300 kapal dengan diawaki 28 ribu awak kapal. Diperkirakan armada ini terdiri dari 6 kapal besar yang biasa digunakan dalam perjalanan kekaisaran. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Pelayaran pertama Cheng Ho ini merupakan seabad sebelum pelayaran pelaut pemberani dari Eropa,Vasco da Gama. Walaupun jika dibandingkan kapal Vasco da Gama berukuran lebih kecil yaitu panjang 23m, lebar 5m, sedangkan Laksamana Cheng Ho sekitar 122m, lebar 52m). Pada pelayaran pertama ini, armada Laksamana Cheng Ho berhasil mencapai hingga ke Asia Tenggara atau semenanjung Melayu, Sumatera, dan Jawa.
Kemudian dilanjutkan ekspedisi kedua di tahun 1407-1409 dan ekspedisi ketiga 1409-1411 yang mampu mencapai India dan Srilanka. Pada ekspedisi keempat, sekitar tahun 1413-1415, berhasil mencapai teluk Persia, daratan Arab, Mogadhisu (Afrika Timur). Jalur ini diulang pada pelayaran kelima (1417-1419) dan keenamnya (1421-1422). Kemudian ekspedisi terakhir dilakukan di tahun 1431-1433 yang berhasil mencapai Laut Merah.
Rute Pelayaran Cheng Ho |
Selama perjalanannya, Laksamana Cheng Ho memberikan hadiah kepada daerah yang dikunjunginya berupa porselin, sutera dan barang lainnya. Dan iapun mendapatkan hadiah aneh seperti zebra afrika dan jerapah. Selama berkunjung, Laksamana Cheng Ho dan armadanya sangat menghormati budaya dan kebiasaan masyarakat lokal. Bahkan ketika di Ceylon, Ia membangun monumen tiga agama yaitu Islam, Buddha dan Hindu.
Armada Laksamana Cheng Ho tidak mengutamakan peperangan untuk menyelesaikan masalah. Laksamana Cheng Ho lebih menyukai cara diplomasi untuk menyebarkan pengaruh Dinasti Ming. Walaupun dalam beberapa saat Laksamana Cheng Ho tetap mengerahkan kekuatannya seperti ketika menumpas Bajak Laut di Ceylon, atau ketika melawan armada lokal di Arab dan Afrika karena mengancam keberadaan Armadanya.
Ketika Laksamana Cheng Ho berusaha mendamaikan kerajaan Blambangan dan Majapahit. Saat itu Laksamana Cheng Ho yang sedang berlabuh di Semarang mengirimkan utusan kehormatan kaisar sebanyak 300 orang ke kerajaan Blambangan. Utusan ini sama sekali tidak bersenjata. Namun Majapahit salah mengira jika Kerajaan Blambangan sedang meminta bantuan dari Kaisar Ming. Sehingga Majapahit kemudian menyerang utusan ini. Sekitar 170an lebih utusan tewas. Laksamana Cheng Ho yang terkejut dengan serangan ini mengerahkan seluruh armadanya ke kerajaan Majapahit dan mengarahkan semua meriam kapal perangnya ke daratan. Namun ditengah emosi armadanya, Laksamana Cheng Ho melakukan tindakan yang mengejutkan yaitu dengan kapal kecil ditemani beberapa pengawalnya menghadap Raja Majapahit dan menanyakan alasan mengapa utusannya diserang. Raja Majapahit menyadari telah terjadi kesalahpahaman. Masalah ini pun dapat terselesaikan dengan damai. Sungguh luar biasa hal yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho. Jika saja kita tidak mengutamakan kekerasan untuk memecahkan masalah maka hasilnya akan luar biasa. Jalan damai masih lah solusi yang terbaik.
Laksamana Cheng Ho diketahui meninggal dalam perjalanannya yang terakhir yaitu ke-7. Walaupun di China Anda akan bisa menemukan makamnya, namun seperti pahlawan lainnya makam itu kosong. Laksamana Cheng Ho dalam 7 perjalanan lautnya berhasil menyebarkan warga China muslim ke Malaka, Palembang, Surabaya dan daerah lainnya. Seperti diketahui Malaka menjadi pusat pendidikan Islam dan pusat perdagangan. Walaupun Laksamana Cheng Ho tidak mengedepankan perdagangan karena ia bukanlah seorang pedagang. Misinya adalah menunjukkan organisasi yang baik dan teknologi maju kepada dunia. Ekspedisinya memudahkan pedagang China untuk mencapai dan berdagang hingga ke seluruh penjuru dunia. Seperti diketahui orang China berhasil tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Penemuan Benua Amerika
Sebelum Colombus menemukan benua Amerika, yakni pada tahun 1421 M, Laksamana Cheng Ho telah memimpin sebuah armada besar dengan panjang armada mencapai 160 Meter. Armada besar ini dipimpin langsung oleh Laksamana Cheng Ho dan dibantu oleh 3 panglima lainnya, yaitu : Hong Bao, Zhou Man dan Zhou Wen. Selama 28 tahun (1405 – 1433 M) Cheng Ho telah melakukan pelayaran muhibah ke berbagai penjuru dunia dengan memimpin kurang lebih 208 kapal berukuran besar, menengah, dan kecil yang disertai dengan kurang lebih 27.800 awak kapal.
Perjalanan Columbus tidak lepas dari misi Raja Ferdinand dan Ratu Isabela untuk ekspansi menguasai dunia. Salah satu hasil dari misi ini adalah penaklukan Granada, sebuah kerajaan Islam di wilayah Andalusia pada tahun 1492 M. Sementara misi pelayaran yang dilaksanakan oleh Laksamana Cheng Ho bukan untuk melaksanakan ekspansi, melainkan melaksanakan misi perdagangan, diplomatik, perdamaian, dan persahabatan. Misi ini jelas sangat berbeda dengan misi pengembaraan yang dilakukan oleh pelaut Barat seperti Cristopherus Colombus dan juga pelaut lainnya seperti Vasco da Gamma, atau pun Magelhaes.
Bukti-bukti kuat tentang perjalanan Laksamana Cheng Ho ini mulai dibuka ke publik pada tahun bulan Januari 2006. Adalah Gavin Menzies yang mencoba mengemukakan teorinya bahwa penemu awal dari benua Amerika sesungguhnya adalah Laksamana Cheng Ho dan bukannya Christopher Columbus. Untuk memaparkan teorinya ini Menzes menuliskannya dalam sebuah buku berjudul “1421: the Year China Discovered America”. Buku ini sebenarnya telah diterbitkan pertama kali pada tahun 2002, bahkan telah menjadi best seller, namun baru menjadi heboh setelah setelah pemerintah Cina sendiri ikut mempublikasikannya buku tersebut.
Bukti Peta Cheng Ho |
Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Walaupun dokumentasi perjalanan Cheng Ho telah banyak yang dimusnahkan, tapi ternyata beberapa masih ada yang tercecer, termasuk salah satu peta perjalanan armada Cheng Ho. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho yang disodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.
Pengaruh Islam dan Karir Militer
Admiral Zheng He dikenal pula dengan nama lain, yaitu Laksamana Sam Po Kong, Zheng He, Sam Po Toa Lang, Sam Po Thay Jien, Sam Po Thay Kam, dan lain-lain. Laksamana Cheng Ho Laksamana Cheng Ho ini berasal dari bangsa Hui, salah satu bangsa minoritas Tionghoa. Laksamana Cheng Ho adalah sosok bahariawan muslim Tionghoa yang tangguh dan berjasa besar terhadap pembauran, penyebaran, serta perkembangan Islam di Nusantara. Cheng Ho (1371 – 1435) adalah pria muslim keturunan Tionghoa, berasal dari propinsi Yunnan di Asia Barat Daya. Ia lahir dari keluarga muslim taat dan telah menjalankan ibadah haji yang dikenal dengan haji Ma. Konon, pada usia sekitar 10 tahun Cheng Ho ditangkap oleh tentara Ming di Yunnan.
Pangeran dari Yen, Chung Ti, tertarik melihat Cheng Ho kecil yang pintar, tampan, dan taat beribadah. Kemudian ia dijadikan anak asuh. Cheng Ho tumbuh menjadi pemuda pemberani dan brilian. Di kemudian hari ia memegang posisi penting sebagai Admiral Utama dalam angkatan perang. Pada saat kaisar Cheung Tsu berkuasa, Cheng Ho diangkat menjadi admiral utama armada laut untuk memimpin ekspedisi pertama ke laut selatan pada tahun 1406. Sebagai admiral, Cheng Ho telah tujuh kali melakukan ekspedisi ke Asia Barat Daya dan Asia Tenggara. Sebagai bahariawan besar sepanjang sejarah pelayaran dunia, kurang lebih selama 28 tahun telah tercipta 24 peta navigasi yang berisi peta mengenai geografi lautan. Selain itu, Cheng Ho sebagai muslim Tiong Hoa, berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara dan kawasan Asia Tenggara.
Dari Nabi Muhammad S.A.W., Cheng Ho merupakan angkatan ke - 37. Sayidina Syafii beserta keturunannya dianugerahi Kaisar Tiongkok jabatan tinggi berkat jasa-jasanya. Ternyata Cheng Ho adalah keturunan dari Sayidina Syafii; dengan silsilah sebagai berikut:
1: Muhammad SAW. 2: Ali, 3: Hou-Sai-Ni (Imam Hussain) 4: Yi-Bu-Lai-Xi-Mo 5: Yi-Si-Ma-Ai-le 6: Xie-Xin 7: E-Le-Hou-Sai-Ni 8: Ye-Ha-Ya 9: E-Ha-Mo-De 10: Li-Sha-Shi (Kaisar Kerajaan Mi-Si-Le) 11: She-Li-Ma 12: Mu-Lu-Ye-Mi 13: Ya-Xin 14: Lu-Er-Ding 15: Mu-Ba-er-Sha 16: Yi-Si-Ma-Xin 17: Ha-San 18: Gu-Bu-Ding 19: Mu-Xie 20: Hu-Fu-Ding 21: Wu-Ma-Nai-Ding 22: Wu-Ma-Er 23: Cha-Fa-Er 24: Zhe-Ma-Nai-Ding 25: An-Du-Er-Yi 26: Suo-Fei-Er/ Sayidina Syafii 27: Sai-Yan-Su-Lai-Gong-Na 28: Su-Sha-Lu-Gu-Chong Yue/ Su-Zu-Sha 29: Kan-Ma-Ding-Yu-Su-Pu 30: Ma-Ha-Mu-Ke -Ma-Nai-Ding 31: Sai-Dian-Chi/ Sayid Ajall/ Sayidina Syamsuddin 32: Na-Su-La-Ding 33: Bai-Yan 34: Mi-Di-Na/ Haji 35: Mi-Li-Jin/ Ma Haji 36: Ma-San 37: Ma He/ Cheng Ho.
Moyang Laksamana Cheng Ho adalah Sayid Syamsuddin, putera Sultan Bukhara yang dikalahkan Ghenghiz Khan. Sayid Syamsuddin jadi tawanan di Peking (Beijing). Karena akhlaknya yang mulia, beliau bukan saja dibebaskan, tapi malah diangkat jadi Penolong Menteri di Yunnan. Ada Sisi Lain dibalik sejarah Cheng Ho yang sering kita dengar. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan.
Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam. Dalam Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming) tak terdapat banyak keterangan yang menyinggung tentang asal-usul Cheng Ho. Cuma disebutkan bahwa dia berasal dari Provinsi Yunnan, dikenal sebagai kasim (abdi) San Bao. Nama itu dalam dialek Fujian biasa diucapkan San Po, Sam Poo, atau Sam Po. Sumber lain menyebutkan, Ma He (nama kecil Cheng Ho) yang lahir tahun Hong Wu ke-4 (1371 M) merupakan anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan Wen. Saat Ma He berumur 12 tahun, Yunnan yang dikuasai Dinasti Yuan direbut oleh Dinasti Ming. Para pemuda ditawan, bahkan dikebiri, lalu dibawa ke Nanjing untuk dijadikan kasim istana. Tak terkecuali Cheng Ho yang diabdikan kepada Raja Zhu Di di istana Beiping (kini Beijing).
Di depan Zhu Di, kasim San Bao berhasil menunjukkan kehebatan dan keberaniannya. Misalnya saat memimpin anak buahnya dalam serangan militer melawan Kaisar Zhu Yunwen (Dinasti Ming). Abdi yang berpostur tinggi besar dan bermuka lebar ini tampak begitu gagah melibas lawan-lawannya. Akhirnya Zhu Di berhasil merebut tahta kaisar. Ketika kaisar mencanangkan program pengembalian kejayaan Tiongkok yang merosot akibat kejatuhan Dinasti Mongol (1368), Cheng Ho menawarkan diri untuk mengadakan muhibah ke berbagai penjuru negeri. Kaisar sempat kaget sekaligus terharu mendengar permintaan yang tergolong nekad itu. Bagaimana tidak, amanah itu harus dilakukan dengan mengarungi samudera. Namun karena yang hendak menjalani adalah orang yang dikenal berani, kaisar mendukungnya.
Berangkatlah armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho (1405). Terlebih dahulu rombongan besar itu menunaikan shalat di sebuah masjid tua di kota Quanzhou (Provinsi Fujian). Pelayaran pertama ini mampu mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa). Tahun 1407-1409 berangkat lagi dalam ekspedisi kedua. Ekspedisi ketiga dilakukan 1409-1411. Ketiga ekspedisi tersebut menjangkau India dan Srilanka. Tahun 1413-1415 kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422). Ekspedisi terakhir (1431-1433) berhasil mencapai Laut Merah.
Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu, seorang putri Tiongkok, Hang Li Po (atau Hang Liu), dikirim oleh kaisar Tiongkok untuk menikahi Raja Malaka (Sultan Mansur Shah). Pada tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435). Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Columbus.
Perbandingan Kapal Cheng Ho dengan Kapal Colombus |
Menurut sejarawan, JV Mills kapasitas kapal tersebut 2500 ton. Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini. Desainnya bagus, tahan terhadap serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik. Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain: Vietnam Taiwan Malaka / bagian dari Malaysia Sumatra / bagian dari Indonesia Jawa / bagian dari Indonesia Sri Lanka India bagian Selatan Persia Teluk Persia Arab Laut Merah, ke utara hingga Mesir Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik. Karena beragama Islam, para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin melakukan Haji ke Mekkah seperti yang telah dilakukan oleh almarhum ayahnya, tetapi para arkeolog dan para ahli sejarah belum mempunyai bukti kuat mengenai hal ini.
Cheng Ho melakukan ekspedisi paling sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal armadanya. Armada ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter. Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal berikut juga tidak ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.
Hadiah dari Raja Afrika |
Majalah Life menempatkan Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat.
Semasa di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu. Sebagai orang Hui (etnis di Cina yang identik dengan Muslim) Cheng Ho sudah memeluk agama Islam sejak lahir. Kakeknya seorang haji. Ayahnya, Ma Hazhi, juga sudah menunaikan rukun Islam kelima itu. Menurut Hembing Wijayakusuma, nama hazhi dalam bahasa Mandarin memang mengacu pada kata 'haji'. Bulan Ramadhan adalah masa yang sangat ditunggu-tunggu Cheng Ho. Pada tanggal 7 Desember 1411 sesudah pelayarannya yang ke-3, pejabat di istana Beijing ini menyempatkan mudik ke kampungnya, Kunyang, untuk berziarah ke makam sang ayah. Ketika Ramadhan tiba, Cheng Ho memilih berpuasa di kampungnya yang senantiasa semarak. Dia tenggelam dalam kegiatan keagamaan sampai Idul Fitri tiba.
Setiap kali berlayar, banyak awak kapal beragama Islam yang turut serta. Sebelum melaut, mereka melaksanakan shalat jamaah. Beberapa tokoh Muslim yang pernah ikut adalah Ma Huan, Guo Chongli, Fei Xin, Hassan, Sha'ban, dan Pu Heri. "Kapal-kapalnya diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam," tulis HAMKA. Ma Huan dan Guo Chongli yang fasih berbahasa Arab dan Persia, bertugas sebagai penerjemah. Sedangkan Hassan yang juga pimpinan Masjid Tang Shi di Xian (Provinsi Shan Xi), berperan mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Hassan juga bertugas memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rombongan ekspedisi, misalnya dalam melaksanakan penguburan jenazah di laut atau memimpin shalat hajat ketika armadanya diserang badai. Kemakmuran masjid juga tak pernah dilupakan Cheng Ho. Tahun 1413 dia merenovasi Masjid Qinging (timur laut Kabupaten Xian). Tahun 1430 memugar Masjid San San di Nanjing yang rusak karena terbakar. Pemugaran masjid mendapat bantuan langsung dari kaisar.
Beberapa sejarawan meyakini bahwa petualang sejati ini sudah menunaikan ibadah haji. Memang tak ada catatan sejarah yang membuktikan itu, tapi pelaksanaan haji kemungkinan dilakukan saat ekspedisi terakhir (1431-1433). Saat itu rombongannya memang singgah di Jeddah. Selama hidupnya Cheng Ho memang sering mengutarakan hasrat untuk pergi haji sebagaimana kakek dan ayahnya. Obsesi ini bahkan terbawa sampai menjelang ajalnya. Sampai-sampai ia mengutus Ma Huan pergi ke Mekah agar melukiskan Ka'bah untuknya. Muslim pemberani ini meninggal pada tahun 1433 di Calicut (India), dalam pelayaran terakhirnya.
Cheng Ho dan Indonesia
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.
The Biografi Info
Rujukan Wikipedia dan berbagai sumber
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.
lonceng raksasa Cakra Donya |
The Biografi Info
Rujukan Wikipedia dan berbagai sumber
ConversionConversion EmoticonEmoticon